Your Eyes Only

A Lifestyle Magazine by OXO Living. Volume 1 - The Wellbeing Issue

111

Y O U R E Y E S O N L Y

NYANYI, Bali – Sekitar tahun 2030. Saat dunia mulai

menerima 'manifestasi' sebagai cara baru untuk hidup

sehat, kaya atau bertemu dengan belahan jiwa, kami berpikir

untuk melakukan hal yang sama untuk 'wellness living'. Mari

memanifestasikan sebuah tempat di Bali—sebuah Desa

nyata yang benar-benar berpandangan ke depan - inovasi

cerdas dengan akar budaya yang dalam, perspektif global

dengan kearifan lokal. Tempat di mana keluarga dapat

berkembang, belajar, terhubung, dan tumbuh.

Selamat datang di Nyanyi

Atau lebih tepatnya - Nyanyi yang kami bayangkan. Sebuah

destinasi kesejahteraan terbaik untuk keluarga, di mana

elemen-elemen terbaik dari komunitas, alam, dan pemikiran

berorientasi masa depan bersatu.

Dahulu merupakan bagian pantai Bali yang tenang, hanya

dikenal oleh nelayan lokal, petani padi dan peselancar

sesekali, Nyanyi (artinya 'bernyanyi') telah menjadi studi

kasus tentang bagaimana sebuah desa dapat berkembang

tanpa kehilangan jiwanya. Selama lima tahun terakhir,

komunitas yang dulunya tenang ini telah mengalami

transformasi yang begitu mencolok sehingga para ahli

perkotaan dan pembuat kebijakan dari São Paulo hingga

Stockholm telah memperhatikannya.

Saat ini, Nyanyi secara luas dianggap sebagai salah satu

tempat terbaik di dunia untuk tempat tinggal keluarga—

sebuah destinasi yang memadukan warisan budaya pulau

yang kaya dengan desain perkotaan berwawasan ke depan,

pendidikan kelas dunia, dan energi kreatif yang menarik

warga global dari segala penjuru dunia.

Selamat datang di Nyanyi, di mana masa depan kehidupan

keluarga bukan hanya dibayangkan—tetapi benar-benar

terjadi.

Desa Global dengan Jiwa Lokal

Bali telah lama menjadi magnet bagi mereka yang mencari

keindahan, kreativitas, dan cara hidup yang lebih seimbang.

Bali merupakan pulau yang telah menyambut gelombang

demigelombang penduduk baru—dimulai dari para seniman,

kemudian peselancar, lalu pengusaha dan digital nomad.

Tetapi gerakan Nyanyi berbeda. Gerakan ini bukan tentang

melarikan diri, namum tentang membangun sesuatu yang

benar-benar lebih baik.

Keluarga-keluarga dari Sydney, San Francisco, dan

Stockholm telah menemukan jalan ke Nyanyi untuk tinggal

selama satu bulan, satu tahun atau mungkin seumur hidup -

tertarik tidak hanya oleh pesona tropis Bali tetapi oleh model

baru untuk kehidupan berkelanjutan yang digerakkan oleh

komunitas.

Tidak seperti banyak area pulau yang terlalu berkembang,

Nyanyi tumbuh dengan tujuan, dipandu oleh visi bersama

antara pemerintah Bali, kepemimpinan Banjar lokal, dan

pengembang berwawasan ke depan dari Bali, Indonesia dan

luar negeri.

Tanpa Kemacetan, Tanpa Sampah, Tanpa Khawatir

Nyanyi telah mencapai sesuatu yang menjadi impian

sebagian besar perencana kota di Indonesia: desa yang

sepenuhnya bebas dari pembakaran bahan bakar. Tidak ada

mobil, tidak ada kemacetan yang diakibatkan banyaknya

jumlah skuter, tidak ada polusi. Sebaliknya, penduduk

berkeliling dengan sepeda listrik, skuter senyap, dan jalur

ramah pejalan kaki yang berkelok-kelok di desa seperti

jaringan arteri hijau.

Kemacetan lalu lintas—salah satu masalah terbesar Bali—

tidak ada di sini. Itu bukan kebetulan. Sejak hari pertama,

infrastruktur dirancang untuk mengakomodasi orang, bukan

mobil, menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan

lebih nyaman. Solusi energi bersih, sistem pengelolaan

air yang canggih, dan komitmen terhadap kebijakan tanpa

limbah telah mengubah Nyanyi menjadi model kehidupan

tropis berkelanjutan di Asia.

Pusat Pendidikan Masa Depan

Bagi keluarga, pendidikan adalah kunci—dan Nyanyi

mewujudkannya. Di jantung desa adalah ProEducation

School, salah satu institusi paling progresif di Bali,

menawarkan kurikulum berwawasan global yang

memadukan akademis dengan keberlanjutan, pemikiran

kreatif, dan pendalaman budaya.

Dari tahun-tahun awal hingga sekolah menengah atas,

anak-anak diajar di ruang kelas terbuka, dikelilingi oleh alam,

dengan fokus pada pemikiran kritis, kesadaran lingkungan,

dan kolaborasi internasional. Belajar di sini bukan hanya

tentang ujian—ini tentang mengembangkan warga global

yang memahami dunia di luar buku teks.

Bagi mereka yang mencari pendidikan di luar pendidikan

tradisional, Nyanyi juga menjadi rumah bagi salah satu

sekolah kejuruan paling inovatif di Asia: Institut Kuliner

Politeknik. Menawarkan pelatihan kelas dunia di bidang

perhotelan dan seni kuliner, lembaga ini berkolaborasi

dengan lembaga-lembaga terkemuka dari Prancis, Italia,

dan Singapura, menjadikan Nyanyi sebagai landasan

bagi bakat muda di salah satu industri yang paling cepat

berkembang di dunia.

Bagaimana dengan keluarga yang mencari lebih banyak

pilihan? Green School Bali, jaringan sekolah internasional

yang terus berkembang di Canggu dan Kedungu, serta

pusat pembelajaran daring papan atas, semuanya mudah

dijangkau.

Pasir Hitam, Cakrawala Biru

Pantai Nyanyi adalah permata mahkotanya—hamparan

pasir vulkanik hitam yang panjang, tak tersentuh oleh

pariwisata massal. Tidak seperti pantai-pantai yang ramai di

Seminyak atau Canggu, garis pantai ini tetap murni, berkat

undang-undang zonasi yang ketat yang melindungi garis

pantai dan ekosistem lokal. Bagi para peselancar, Nyanyi

menawarkan ombak tanpa keramaian. Bagi keluarga, ini

adalah tempat untuk berlari, menjelajah, dan menikmati

keindahan alam Bali tanpa kekacauan di jalur pantai

komersial. Bagaimana dengan mereka yang hanya mencari

ruang untuk bernapas? Matahari terbenam keemasan di

atas Samudra Hindia tetap tidak terganggu oleh resor atau

gedung-gedung tinggi.

KATA-KATA:

Johannes Weissenbaeck

G A M B A R

Disediakan oleh Nuanu dan OXO